Tertanggal 23 Januari 2018, malam hari. Saatnya tulisan saya dibedah. Dari siang Pak Dwi sudah menagih tulisan mana yang akan dibedah. Harusnya segera saya berikan via WA. Berhubung saya sedang mengajar, jadi tulisan baru saya share ba'da maghrib. Sebenarnya bingung juga mau share yang mana. Ketika saya lihat file 'Gadis Kue Mangkuak', langsung saya kirim ke WA Pak Dwi.
Cerpen ini berlatar belakang kehidupan di Pariaman, Sumatera Barat. Tidak dipungkiri saya agak terpengaruh gaya tulisan 'Rubuhnya Surau Kami'. Ditambah dengan alunan Saluang, saya goreskan kisah ini 2 tahun lalu.
Gadis Kue Mangkuak
Mak,aku ingin melamar Ros jadi istriku. Bolehkah, Mak?” tanya Jasril pada Mak Rabiyah saat mengantarkan kue mangkuak hangat pesanannya. Jasril telah lama menjadi pelanggan di kedai kue mangkuak milik Mak Rabiyah. Dan sejak pertama kali datang, ia telah terpikat pada salah satu pelayan yang tak lain cucu pemilik kedai. Dia gadis belia berseragam putih abu-abu. Wajahnya cerah merona dan rambutnya ikal panjang.
Di seberang meja, Ramli mendengar pecakapan Mak Rabiyah dan Jasril. Ketika Ia menunggu jawaban keluar dari mulut Mak Rabiyah, Rosana tiba dihadapannya dengan sepiring kue mangkuak.
“Aah, pastil Mak menerima lamarannya,” batin Ramli.
“Silahkan kuenya,” tiba-tiba Rosana hadir dihadapan Ramli dengan sepiring kue mangkuak.
Perhatian pria itu buyar.
Ia memaksakan sebuah senyuman untuk Rosana, “terima kasih.”
“Apa kau juga akan menerima Jasril, Rosana?” Tanya Ramli dalam hati, walaupun Rosana ada di depannya. Gadis pujaannya berlalu dengan nampan kosong.
-----------------
8 bulan lalu, Rosana hadir di kedai kue mangkuak Mak Rabiyah. Gadis itu pergi dari rumah ayahnya karena tidak tahan lagi menanggung siksa ibu tiri. Wajahnya sendu dan sangat tirus kala itu. Ada lebam di sekitar mata dan lengan. Semua itu membuat Rosana menjadi pemurung. Ramli merasa kasihan tatkala Rosana menceritakan penderitaan yang menderanya. Seakan tak pernah habis, persis cerita drama dalam film. Namun memang begitu adanya.
Lama kelamaan, rasa simpati Ramli berubah jadi cinta. Sosok Rosana yang manis naluri kelelakiannya tumbuh. Ia selalu ingin melindungi gadis belia itu.
Kemudian datang Jasril, pemuda tampan dan terpelajar yang baru pulang dari tanah Jawa. Selepas studinya di perguruan tinggi, ia bekerja sebaga Pegawai Negeri Sipil. Rosana selalu menyatakan kekagumannya pada Jasril. Tentu saja Ramli cemburu mendengarnya. Gadis yang selalu mengusik mimpinya malah mengagumi pria lain.
Cintakah Rosana pada Jasril? Hati Ramli mendesah gelisah. Tanya itu selalu mengganggu pikirannya. Namun tibul pertanyaan lanjutan yang makin membuatnya sakit kepala. Seperti, Akankah Rosana menerima lamaran Jasril? Apa yang harus kulakukan jika itu benar terjadi?
“Tidak ada, Ramli ! Tidak ada yang bisa kau lakukan ! Pastilah Rosana memilih Jasril. Lihat siapa dia, siapa dirimu. Dia berasal dari keluarga mapan dan terpelajar. Sedangkan dirimu? Hanya pria biasa yang bekerja di toko kelontong,” teriak Ramli di depan cermin. Tak terasa bulir bening menetes dari kedua matanya.
Disaat yang sama, Mak Rabiyah senang bukan kepalang. Penjualan kue mangkuak akhir-akhir ini meningkat. Sebelumnya ia hanya membuat kue dengan bahan 2 liter beras sehari. Sekarang ia bisa menghabiskan 20 liter beras untuk membuat kue. Dan semuanya terjual ! Ia elus rambut ikal Rosana. Gadis ini pembawa keberuntungan baginya.
“Semenjak kau membantu Mak membuat dan menjual kue mangkuak, dagangan kita laku keras. Semua ini berkat kau.”
“Ah,Mak bisa saja. Ini semua terjadi atas izin tuhan. Saya disini membantu saja.” Ujar Rosana sembari menumbuk beras.
“Mak yakin itu. Kau membawa keberuntungan, Nak.”
Nenek berumur 50 tahun itu lalu meninggalkan cucunya. Ros masih sibuk menumbuk beras. Biasanya beras ditumbuk manual hingga menjadi tepung. Dari situ mereka bisa membuat kue mangkuak.
Rosana menatap neneknya mengukus kue di dapur. Mak Rabiyah masih bekerja banting tulang demi memenuhi kebutuhan hidup cucu-cucunya. Masih banyak sepupu Rosana yang masih ditanggung oleh Mak Rabiyah. Ada yang masih balita, ada pula yang masih duduk di sekolah dasar. Mereka bermain riang di ruang tengah. Canda tawa mewarnai suasana rumah tua. Tiap kali melihat mereka, haru menyelimuti kalbu Rosana. Kasihan mereka, sama seperti aku. Orang tua mereka bercerai lantas melepas tanggung jawab terhadap darah dagingya. Masing-masing berumah tangga kembali dan punya anak lagi. Mereka melupakan anak dari pernikahan terdahulu. Jadilah Mak yang kelimpungan.
“Kasihan, Mak ! Seandainya aku bisa membantu lebih dari ini...” gumam Rosana lirih.Tak lama kemudian, suara ketukan pintu membuatnya bergeming.
“Ros, Rosana ! Liat siapa yang mengetuk pintu !” teriak Mak Rabiyah dari dapur. Segera Rosana membuka pintu kayu.
“Mak Etek Jangkung?”
-------------------------------
Selepas shalat shubuh, Mak Etek Jangkung mengajak Rosana menikmati sarapan bersama. Ia turuti juga ajakan pamannya itu walaupun ia masih ingin mengurus kue di dapur. Dari gelagatnya, Rosana menduga ada hal serius. Dalam hati ia sibuk menerka apa yang akan dikatakan paman yang baru tiba dari rantau.
“Ros, Mak etek berniat sekolahkan kau di Jakarta. Kau ingin jadi bidan,bukan?”
Wajah Rosana berseri-seri. Sebentar lagi ia akan menemui jalannya menuju yang ia impikan sejak lama. Namun, rasa bahagia tidak sepenuhnya merekah di hati. Bagaimana dengan Mak Rabiyah disini? Sanggupkah ia membiarkan nenek terkasihnya kembali bekerja seorang diri?
“Nah, apa yang kau pikir lagi?” Lelaki itu bertanya dengan mata penuh selidik. Hembusan rokok seakan mencipta suatu adegan dramatik. Identik dengan situasi interogasi. Apalagi lawan bicaranya tengah ragu.
“Mak. saya memikirkan Mak,” kepala Rosana sedikit tertunduk. Tak kuasa ia sembunyikan rasa khawatir.
Tiba-tiba Mak Rabiyah muncul dari balik tirai. Dua cangkir teh hangat tersaji dari tangannya.
“Tak usah kau memikirkan Mak. Kejar saja cita-citamu. Mungkin dengan merantau, hidup kau akan lebih baik”.
Rosana memandang Mak Rabiyah lama. Yang ditatap mengangguk sebagai tanda restu.
“Bagaimana,Ros? Apa kau berminat dengan tawaran Mak Etek ini?”
“Iya, Mak Etek,” jawab Rosana Mantap.
“Bagus ! persiapkan dirimu,nak ! Bulan depan kita berangkat,” Seru Mak Etek menggelegar. Api rokok ia matikan tanda keputusan besar telah diambil.
-------------------
“Apa? Jakarta?” Ramli terkejut mendengar apa yang Rosana katakan.
“Ya, aku akan merantau ke Jakarta. Hanya dengan begitu aku bisa melanjutkan studi,” Kata
Rosana dengan binar di matanya.
“Kenapa harus di Jakarta, Ros? Tak bisakah disini saja, di Padang?” Tanya Ramli menguji keputusan Rosana.
“Kata Mak Etek, perguruan tinggi di Jakarta lebih lengkap fasilitasnya, apalagi kebidanan,” jawab Rosana berapi-api. Ramli bisa melihat darah semangat mengaliri sekujur tubuh Rosana. Sangat lain dengan gadis yang ia temui pertama kali.
Harusnya Ramli senang mendengar Rosana menemukan jalan untuk meraih cita-citanya. Namun, sedih yang menjalar hatinya tak bisa dipungkiri. Ingin rasanya ia menahan kepergian Rosana dan mengatakan bahwa ia tak mampu jauh darinya.
“Oh, begitu,” gumam Ramli tak berminat. “Bagaimana jika nanti aku antar ke pelabuhan?”
“Jangan repot-repot, Uda Ramli. Biar Uda Jasril saja yang mengantar,” Rona merah menghiasi pipi Rosana saat ia sebut nama Jasril. Ramli tersengat cemburu.
“Uda berangkat ke toko dulu, Ros !” Pria itu tergesa bangkit dari kursi. Rosana heran melihat sikap Ramli. Rahangnya tampak mengeras seperti menahan amarah.
“Apa ada yang salah dengan omonganku?” Tanya Rosana dalam hati. Bingung.
------------------
Sebulan kemudian, Rosana benar-benar pergi ke Jakarta. Mak Etek Jangkung tengah menunggu di depan kedai. Mobil Jasril sudah terparkir sedari tadi.
Sementara Ramli masih sibuk membantu Rosana mengangkat koper ke bagasi mobil. Mana tega ia membiarkan gadis secantik Rosana kepayahan menanggung beban koper sendirian?
Dan kini, saatnya keberangkatan Rosana. Sepanjang riwayat Ramli, ini perpisahan paling menyedihkan. Karena Ramli tak bisa mengurai air mata meski hatinya pedih. Gadis yang ia cintai akan pergi jauh. Tak tahu kapan kembali.
“Tenang saja, Da Ramli. Kalau liburan, Ros sempatkan pulang,” kata Rosana seakan ia tahu isi hati Ramli.
“Ya,” Ramli memaksakan senyum. Meski yang tercipta senyum kecut.
“Semua sudah siap? Kita harus sampai pelabuhan sebelum jam 10 pagi !” Mak Etek mengingatkan.
Jasril sudah siap di kemudi mobil. Detik-detik kepergian Rosana makin terasa cepat. Gadis belia itu mencium punggung tangan Mak Rabiyah takzim. Air mata Mak tak terbendung lagi. Tumpah ruah saat ia memeluk cucu kebanggaannya.
“Jaga dirimu baik-baik,Nak !” Mak Rabiyah melepas pelukannya.
Deru mobil membawa mereka pergi ke pelabuhan. Ramli merasa suatu yang berharga hilang dari dirinya.
-------------------------------
Keadaan telah banyak berubah. Kedai kue mangkuak tak lagi seramai dulu. Sama seperti suasana sebelum kedatangan Rosana. Mak Rabiyah selalu menghitung waktu sejak cucu pembawa keberuntungannnya pergi.
Setahun, dua tahun, dan genap 5 tahun kini. Sama sekali Rosana tidak pernah pulang masa liburan. Hanya sesekali saja ia berkirim surat ke kampung halaman. Helaian kertas itu tentu tidak bisa menuntaskan kerinduan mendalam.
Seorang pria tertatih menuju dapur Mak. Ia menyingkap tirai hingga mengagetkan wanita tua itu.
“Mak ! ada yang datang.!”
“Siapa?”
“Ros, mak !” tiba-tiba saja Rosana muncul dari balik tirai. Mak Rabiyah senang bukan kepalang.
“Ondeh...cucuku,” erat Mak Rabiyah memeluk Ros, “kenapa tidak memberi kabar akan pulang?”
Sementara di depan kedai, Ramli penasaran dengan mobil yang terparkir. Ditambah lagi dengan keramaian menyelimuti kedai. Memang siapa yang datang? Batin Ramli.
Seorang pria yang menggendong anak kecil dikerubungi kaum ibu. Celoteh mereka mengusik telinga Ramli. Mereka mengatakan bahwa Rosana beserta suami dan anaknya datang.
“Yang mana suaminya?” Tanya Ramli pada seorang ibu. Ia menunjuk ke arah pria tadi.
“Jadi,bukan Jasril?”
Tahulah Ramli, selama ini ia telah salah sangka. Ia mengira Mak Rabiyah menerima lamaran Jasril.
“Tentu saja Mak tidak menerimanya. Saat itu Rosana masih terlalu muda untuk menikah,” Jelas Mak Rabiyah sambil terkekeh.
Tubuh Ramli lemas seketika. Ia menyesali kesempatan emas lewat karena perkiraannya sendiri. Seandainya waktu bisa terulang kembali.
.............................The End.........…………….......
Setelah saya share cerpen, kritik dan saran mulai berdatangan. Paling banyak tentang EBI dan pungtuasi.
+62 896-5490-9xxx: Dihadapan atau di hadapan kak?
Gumi: Hehehe harus nya di hadapan ya. Typo!
+62 896-5490-9xxx: Kayaknya iya😅 sip👍
Gumi: Ayo dong kritisi lagi.
+62 896-5490-9xxx : Alat analisanya tiga ini aja kan ya buat yg sekarang?
+62 852-8030-7xxx : ya, di hadapan
+62 852-7494-8xxx : "Mak,aku ingin melamar Ros..." itu mungkin typo aja ya mbak, harusnya "Mak, aku..."
+62 852-8030-7xxx: jalan ceritanya jg boleh kok qt obrolkan di sini
Septian: Boleh hal lainnya, misalnya apa perasaan teman-teman setelah membaca ceritanya...
+62 896-5490-9xxx : Oalahh ok ok🙏
+62 852-8030-7xxx : nah, bgmn setting nya, tokohnya dll
+62 813-1410-4xxx : Wajah Rosana yang manis naluri kelelakiannya tumbuh.
Mungkin ada kata terlewat, ya...
+62 852-7494-8xxx : "Aah, pastil Mak... " ini mungkin juga typo aja ya 😁
+62 813-1410-4xxx: Salah lagi Sosok bukan wajah
[23/1 20.34] +62 856-9255-8096: Jalan ceritanya menurut saya tidak tertebak, saya kira rosana menaruh hati juga sama jasril. Dari kata-kata ini :
Rona merah menghiasi pipi rosana saat ia sebut nama jasril
Tapi gak tahunya rosana menikahnya dengan pria lain 😂
+62 896-5490-9xxx : Kalo menurut saya tema ceritanya baguss jadi inget lagu Adera yg judulnya Terlambat😄
Kalau menurut saya, tokoh Ramli kurang jelas asal-usulnya, agak kurang nangkep sosok si Ramli ini siapa. Maksudnya kalau si Jasril kn dijelasin dia pelayan juga d toko itu jadi wajar lah kenal deket dgn Ros. Tapi Ramli ini siapa? Kok tau-tau si Ros udah cerita masalah keluarga aja sama dia😄 hehe gitu sih kalo menurut saya🙏
Gumi: Sosok Rosana yang manis membuat naluri kelelakiannya tumbuh. Harus nya begitu ya.
+62 852-7494-8xxx : Masih banyak sepupu Rosana yang masih ditanggung oleh Mak Rabiyah. Ada yang masih balita, ada pula yanh masih duduk di sekolah dasar. Menurutku terlalu banyak kata 'masih' ya.
Gumi: Jasril itu PNS
+62 856-9255-8xxx: Maaf..klo yang saya baca.
Ramli dijelaskan sebagai sosok pelayan toko biasa. Jasril PNS
+62 852-7494-8xxx : 'Yang' maaf, typo 😁 mungkin lebih baik dihilangkan saja kata 'masih' untuk kalimatnya selanjutnya ya 😇
Gumi: Ramli pemuda yang suka mengunjungi warung
+62 896-5490-9xxx : Eh yg pelayan itu Ramli ya maksudnya😆🙏 maaf maaf gagal fokus
+62 878-1160-1xxx : Judul "Kue Mangkuk" tapi paragraf pertama menjelaskan kue Mangkuak? yg benar apa mb?
terus, jarak antar pargarafnya seharusnya ada. Karena saya seperti tergesa2 dalam membaca.
+62 858-0271-5xxx : Alurnya bisa saya pahami dan menarik karna bercerita tanah minang,saya jd teringat novel salah asuhan dan tenggelamnya kapal vam der wijck
Gumi: Iya harusnya 'masih' ditulis sekali saja
+62 852-7494-8xxx : Kalimat selanjutnya 😁 salah lagi...
+62 896-5490-9xxx : Oh ya pelanggan, tak kira pelayan😆🙏
Gumi: Hahaha ga apa-apa
Gumi: Aduh sorry ya banyak typo ini. Harusnya mangkuak.
+62 852-8030-7xxx : jadi judulnya "Kue Mangkuak" ya 😁
+62 852-7494-8xxx : Oh iya, secara keseluruhan cerita, aku suka mbak 😁 endingnya tak tertebak, keren 😇👍
+62 858-0271-5800: Benar
Gumi: Gadis Kue Mangkuak
+62 852-8030-7xxx : sepakat tuh, jln ceritanya enak dibaca, ngalir, dikit ngecoh tuh pas di akhir
+62 812-7108-6xxx : Keren mbak gumi... suka deh dg cerpen yg bernuansa kedaerahan,
Alurnya kalo kata sy terlalu cepat, mbak pas nyampe ke ending... tp, twist cerpennya dpt bgt, suka 😍
Beberapa diksi jg kaya sy agk krg pas... yg sy inget, pas Ros ngomong 'studi' kyknya bhsnya tll 'tinggi' utk anak daerah spt Ros
Mgkn di akhir cerpen bs dikasih notes tambahan yg pake * itu lho klo biasa di cerpen2 majalah... ngejelasin, kue mangkuak itu kue khas mana atau kue apa, mak etek itu apakah paman atau bibi, dst
Klo boleh sy bikin rate, cerpen mbak gumi 8.9/10 😍
+62 852-8030-7xxx : sambil dicatet ya ✍ mbak Gum
+62 896-5490-9xxx : Mungkin kalau dari saya, waktu si Ros pergi itu Ramli bisa flashback saat pertemuan pertama dia dgn Ros, apa yg membuatnya jadi dekat dgn Ros sampai2 Ros bisa cerita masalah keluarganya itu sama dia. Jadi perasaan kehilangannya si Ramli ini bener2 nyess terasa banget juga gitu di hati pembaca😄
+62 831-1772-0xxx : Setuju.. 👍🏻👍🏻
Gumi: Nah itu kekurangan saya
Gumi: Alurnya terlalu cepat
Gumi: Jadi ada bagian yg hilang
+62 852-7494-8xxx : Iya mbak, gak perlu cepet-cepet, kita nikmatin banget cerpennya ampe nyesel udah berakhir aja 😁
+62 896-5490-9xxx : Betul nihh👍
+62 812-7108-6xxx : Yep, setuju... pas tiba2 lompat beberapa thn kemudian sempet ngebatin, yah... kok udahan aja 😅
+62 812-7108-6xxx : Klo kata sy sih, cocok mbak dikembangin jd cerbung atau mgkn novel... krn dr tokoh2nya sndiri byk yg bs diexplore 😀
+62 852-7494-8xxx : 👍
+62 852-7494-8xxx: 😁👍
+62 856-2520-8xxx : Terhadap darah dagingya
Mungkin typo ya.. seharusnya dagingnya
Gumi: Tuh kan typo lagi
+62 896-5490-9xxx : Setuju inii, masing2 tokoh kayaknya punya kisah menariknya sendiri2 kak Gumi👍👍
Gumi: Kalo dikembangkan lagi dr masa lalu rosana jadi derita anak tiri banget
+62 852-7494-8xxx : "Ros, ... Kau ingin jadi bidan,bukan?"
"Bagaimana,Ros?..." Typo lagi nih kayaknya, dipisah komanya ya mbak.
Gumi: Mungkin lika-liku rosana ga jadi sama Jasril yang menarik
+62 857-8424-5xxx : Masih banyak typo tapi ke depannya pasti akan lebih baik.
Nyeseknya si tokoh "Ramli" masih kurang.
Coba lebih dimainin lagi tuh penggambaran mengenai perasaan si Ramli pasti lebih 👍🏻👍🏻
Keseluruhan ok mbak, pesannya dapet, jalan cerita tak bisa ditebak. Sukak dehhhhh.... 😍
+62 878-1160-1xxx : mb @Gumi tanya ya.
ide cerpen ini dari mana?
waktu pembuatannnya berapa lama? sepertinya belum pernah di otak-atik karena masih banyak kata yg typo.😊
Tapi, endingnya memang tidak bisa ditebak. Jadi seperti, tau2 sudah tamat saja. Padahal saya kira masih panjang kalimat yg akan dibaca.
Kayaknya dikembangkan jadi cerbung/novel, menarik juga mb. dengan membuat penokohannya yang lebih ditonjolkan lagi.
Untuk pesan, saya dapatkan di endingnya, Oke👉🏻 Bahwa "kita tidak boleh berprasangka dengan orang lain sebelum terbukti kebenarannya"
+62 852-7494-8xxx : "Mak ! ada yang datang.!" ini juga mbak, mungkin baiknya "Mak, ada yang datang!"
Gumi: Buatnya 3 minggu. Ngejar deadline lomba waktu itu. Mikirnya yang penting kelar
Gumi: Jadi begitu deh
+62 856-2520-8xxx : Naahh.. kalo dikembangin gini kan bisa panjang tuh kak cerbungnya..
+62 852-8030-7xxx : boleh dari saya ya Mbak Gum
Gumi: Boleh pak.
+62 852-8030-7xxx : ✍ utk kalimat dlm kutip diikuti huruf kapital ya, misal "Bolehkah, Mak? Tanya Jasril
✍ hati2 stlh koma ada spasi
✍ tiap paragraf diberi jarak satu (enter) biar lebih enak dibaca
✍ msh banyak typo ya, gpp mungkin terburu-buru
✍ konfliknya cukup kerasa ya (apalagi pas Ros ke jkt dan paragraf terakhir) tp msh bisa dikembangkan lagi, masih banyak
✍ utk kata di dlm hati bisa diganti dgn tulisan italic, misalnya *_memang siapa yang datang_, batin Ramli
Gumi: Terima kasih pak .
Komen demi komen susah mereda.setelah moderator mempersilahkan, saya pun memberi kesimpulan.
* Dalam cerpen 'Gadis Kue Mangkuak' masih banyak salah tulis
* Alurnya terlalu cepat. Padahal banyak yang bisa dieksplor lagi. Misalnya kenestapaan Ramli pasca ditinggal Rosana
* Alangkah baiknya jika di akhir cerita, penulis melengkapi dengan catatan kosakata yang tidak dipahami pembaca. Misalnya kue mangkuak adalah kue khas minang yang rasanya seperti kue apem.
* Adanya ketidak tepatan pungtuasi. Titik, koma, dan spasi.
Itulah momen dibedahnya cerpen saya. Hari ini tiba gilirannya Mbak Isnainia. Get ready, ya Mbak hehehehe......